Pasca pandemi COVID-19, berbagai sektor industri dihadapkan pada tantangan yang luar biasa pada tahun 2023. Seperti semakin massive-nya perubahan perilaku dan kebutuhan masyarakat, pergerakan pasar yang sangat dinamis, disrupsi teknologi digital, hingga ancaman inflasi ekonomi di Indonesia bahkan dunia.
Sebagai salah satu financial company di Indonesia, Pegadaian juga dihadapi oleh persaingan lintas industri yang terus mendorong perseroan untuk semakin meningkatkan daya saing di tengah era disrupsi teknologi dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan digital.
Ruang digital dinilai mampu memperbaiki efektivitas dan efisiensi pada proses bisnis perusahaan, dengan menggunakan pendekatan baru yang tentunya diperlukan penyesuaian terhadap penggunaan infrastruktur konvensional ke infrastruktur digital yang lebih kuat dan mumpuni.
Selama 122 tahun berdiri, Pegadaian telah mengalami beberapa kali transformasi, dimana pada tahun 2018, Pegadaian men- declaire untuk berubah dan melakukan transformasi digital. Salah satu transformasi terbesar yang dilakukan oleh Pegadaian terjadi di tahun 2021, dimana menjadi tahun pertama bagi Pegadaian menyandang status sebagai anak perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Status baru ini bersamaan juga dengan terbentuknya Holding Ultra Mikro yang melibatkan 3 (tiga) entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani pada 13 September 2021.
Pegadaian dengan visi nya “Menjadi The Most Valuable Financial Company di Indonesia” dan “Sebagai Agen Inklusi Keuangan Pilihan Utama Masyarakat, memiliki strategi transformasi salah satunya yaitu implementasi Gen Z Technology, dimana di dalamnya Pegadaian juga berbicara terkait bagaimana culture yang menerapkan tata kelola yang agile.
Sebagai turunan dari IT Master Plan atau acuan road map pencapaian grand strategy digital transformation-nya, Pegadaian telah menetapkan G-STAR+ sampai dengan tahun 2024, yang terdiri dari 6 (enam) komponen diantaranya meliputi Grow Core, dimana menjadi fokus Pegadaian dalam mengembangkan core business melalui perluasan fitur produk dan meningkatkan integrated customer experience. Grab new, untuk mengembangkan potensi bisnis berbasis digital dengan memberdayakan ekosistem saat ini. Go Further, yaitu dengan melakukan kerjasama mitra strategis untuk memperluas jangkauan. Groom Talent, dengan mengembangkan talenta yang memiliki kapabilitas berstandar global. Gen Z Technology, dimana Pegadaian terus berupaya melakukan pengembangan system dan tata kelola IT untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Serta Good Corporate Governance & Culture, untuk menciptakan budaya kerja yang selaras dengan core values AKHLAK.
Selain berbicara terkait culture, selanjutnya Pegadaian juga fokus dalam mentransformasi aplikasi ke modern apps dengan dukungan infrastruktur yang siap terhadap cloud native application, serta infrastruktur yang mampu mendukung new application and technology, security, dan big data.
Adanya peralihan infrastruktur digital ini tentunya tidak terlepas untuk mendukung proses bisnis Pegadaian menjadi lebih lean dan efisien. Sehingga beragam produk/jasa yang dimiliki Pegadaian dapat memberikan pelayanan yang optimal dan menghadirkan customer experience terkini yang dibutuhkan masyarakat. Kini, Pegadaian dengan 5 (lima) lini bisnisnya mulai merambah ke dunia digital mulai dari bisnis gadai, kredit mikro fidusia, syariah, pembiayaan emas, hingga bisnis jasa lainnya seperti multi pembayaran online dan lain sebagainya.
Hal ini tentunya sejalan dengan keinginan Pegadaian untuk bertransformasi dengan merubah image dari yang semula merupakan rumah gadai bagi masyarakat, kini menjadi solusi financial company bagi generasi muda utamanya. “Branding tersebut dilakukan dengan menarik milenial untuk datang ke Pegadaian. Salah satunya melalui aplikasi dimana Pegadaian menyediakan fitur tabungan emas, serta melalui café The Gade supaya ke depan goals-nya ke Pegadaian menjadi sebuah lifestyle,” ungkap Kadiv Strategi Arsitektur & Perencanaan Teknologi Informasi Supriyanto saat di temui secara langsung di Kantor Pegadaian, Jakarta Pusat.
Mengapa Pegadaian memilih untuk menggunakan teknologi SD-WAN?
Teknologi SD-WAN termasuk salah satu yang terdapat di dalam komponen infrastruktur yang dibangun Pegadaian dengan memiliki landasan infrastructure as code, dimana semua infrastruktur tersebut di extract ke dalam suatu software untuk menghubungkan komunikasi antar Gedung. Ini menjadi landasan bagaimana pendekatan Pegadaian mengimplementasikan teknologi.
Pegadaian dengan jumlah lebih dari 4000 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia perlu memiliki suatu teknologi yang dapat mendorong produktivitas bisnis perusahaan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.
Kadiv Operasional & Infrastruktur Teknologi Informasi Noor Hidayanto mengatakan, “Sebelum menggunakan SD-WAN, Pegadaian menggunakan teknologi router dengan link VPN MPLS yang biaya langganannya lebih mahal dari internet, selain itu perangkat router eksisting sudah memasuki masa end of support sehingga perlu diperbaharui,” ungkapnya.
Dari sebanyak 4000 titik lokasi, hanya 350 titik yang semula memiliki back up link. Untuk bisa mencapai full capability, Pegadaian pada akhirnya memutuskan untuk berpindah dari VPN MPLS ke Astinet dengan security yang mumpuni dan memiliki capability untuk dapat akses ke internet publik. Dengan demikian, cost-nya akan lebih kompetitif.
“Dengan implementasi dual link, Pegadaian berharap availability meningkat menjadi 99,999%. So far, sudah 1300 link terimplementasi dan sudah proven 99,999%,” ungkap Supriyanto. Di triwulan
1 tahun 2023 ini, Pegadaian menargetkan implementasi teknologi SD-WAN sudah mencapai 2300 titik lokasi, sehingga dapat semakin meminimalisir terjadinya downtime di outlet-outlet milik Pegadaian.
Adapun Pegadaian juga berhasil mengindikasikan indikator keberhasilan implementasi SD-WAN di dalam Perseroan, diantaranya meliputi adanya penurunan biaya link komunikasi sebesar >20%an per tahun. Selain itu, melalui adopsi teknologi SD-WAN, Pegadaian juga semakin dapat memberikan layanan yang lebih beragam untuk seluruh lapisan masyarakat, meningkatkan operasional yang lebih baik tanpa adanya peningkatan cost yang eksponensial. "Penghematan didapatkan dari perbedaan biaya dengan kebutuhan availability yang sama menggunakan SD- WAN,” jelas Supriyanto.
Guna membantu akselerasi transformasi infrastruktur digital di seluruh cabangnya, Pegadaian menggandeng PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk untuk penyediaan infrastruktur jaringannya. Selain itu, berbagai solusi digital Telkom lainnya juga turut mendukung proses transformasi Pegadaian, mulai dari Data Center Colocation, Infrastructure Network DRC, Big Data Analytics, Collaboration Tools untuk karyawan, Office Automation/e-Office, HCIS, SAP termasuk SD-WAN, dan masih banyak lagi.
“Sebagai penyedia jasa layanan komunikasi terbesar dan telah berpengalaman dalam implementasi teknologi digital yang saat ini sedang dalam proses implementasi di Pegadaian, kami berharap proses implementasi dan proses maintenance dari Telkom dapat berjalan dengan baik guna mempercepat proses migrasi link dan perangkat, serta membantu eksplorasi terkait kelebihan dari perangkat SD-WAN sehingga nantinya dapat meningkatkan performance bisnis di Pegadaian,” ungkap Noor Hidayanto.
“Kemampuan Telkom saat ini memang yang terbaik dengan coverage terluas dan single management. Sebagai infrastructure provider yang lengkap, TelkomGroup juga memiliki jaringan fisik fiber optic, fixed board, hingga mobile home yang cakupannya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Itulah advantage yang kita harapkan dari Telkom, untuk menkonsolidasikan seluruh layanan end-to-end Pegadaian untuk seluruh masyarakat di Indonesia,” tutup Supriyanto.